“ saya disini ya, berusaha semampu saya untuk mengelola tempat ini mas, alhamdulilah sekarang kerjaannya jadi lebih ringan karena masyarakat sudah mulai peduli dengan tempat pembesaran tukik ini…”
Quote :
Itu adalah salah satu cuplikan wawancara kami (rombongan KP3 Herpetofauna ) dengan Bapak Rujito, selaku pengelola Tempat pembesaran tukik di Samas, saat kami berkunjung disana kemarin hari minggu, 2 Juni 2013.
Kunjungan ini merupakan realisasi dari materi minggu lalu tentang “Testudinata” yang disampaikan oleh Mbak Febri (KSDH 2010). Kunjungan ke Samas kali ini diikuti oleh 25 orang dengan rincian 15 orang dari anggota KP3 H dan 10 lainnya berasal dari luar KP3 H , seperti Roi dan Rena yang berasal dari KP3 Wetland. Sebelum berangkat menuju lokasi kami melakukan briefing sebentar di Tamtim , kemudian setelah selesai briefing sekitar jam 14.00 WIB kita bersama-sama berangkat. Meski diawal perjalanan turun hujan, tapi tidak menyurutkan niat kami untuk tetap melanjutkan perjalanan kesana.
Singkat cerita sekitar kurang lebih satu jam kemudian kami sampai di rumah Bapak Rugito dan langsung menuju ke lokasi tempat pembesaran tukik yang jaraknya sekitar 20 meter dari rumah beliau. 5 menit kemudian Bapak Rugito langsung menuju ke tempat pembesaran tukik yangkami kunjungi. Beliau langsung saja mempersilahkan kami untuk bertanya mengenai tempat ini dan beliau dengan senang hati menjawabnya.
***
Asal mula tempat ini ada yaitu berawal pada tahun 2002 dengan di bentuknya Forum Konservasi Penyu Bantul . Untuk dana dan prasarana yang ada dilokasi ini berasal dari BKSDA dan donator-donatur yang peduli tentang penyu. Selain itu diawal-awal rehapan tempat ini juga dibantu oleh WHH. Kemudian pada tahun 2012, tempat ini mendapat sedikit angin segar, karena adanya anggaran jasa pengganti telur untuk tempat ini. Besarnya anggaran telur ini diberikan sebesar Rp 100.000,- per bulannya. Namun meskipun dana tersebut cukup membantu , sayangnya dana tersebut pemberiannya dengan cara dirapel, jadi cairnya setiap 4 bulan sekali. Untuk lokasi pembesaran tukik , selain ditempat ini, juga ada di tempat lain yaitu seperti di Waru dan Pandan Simo.Untuk awal pembangunan tempat pembesaran / konservasi tukik ini meski diberi dana dalam jumlah yang banyak, namu hal itutidak menjamin keberlangsungan tempat tersebut selalu ada. Kita harus benar-benar peduli dan mau merawat tempat tersebut dengan begitu keberadaan tempat seperti pembesaran tukik ini dapat terjamin.
Disini selain sebagai tempat pembesaran tukik, juga merupakan tempat untuk penetasan telur tukik. Penetasan telur disini merupakan semi alami. Pembesaran tukik disini biasanya sampai tiga bulan, namun terkadang untuk kepentingan pendidikan dan terkadang juga permintaan dari BKSDA untuk menahan penyu agak lama dilokasi pembesaran tukik ini, sehingga terkadang setelah enam bulan atau bahkan satu tahun tukik baru dilepas.
Untuk mengetahui kapan penyu itu mendarat dan bertelur, ternyata Bapak Rujito ini sudah sangat berpengalaman dan sudah tahu betul kapan waktunya dan didaerah mana lokasi telur penyu itu berada. Usut punya usut, ternyata bapak Rujito ini dulunya seorang pemburu telur penyu. Namun setelah menyadari bahwa hal yang dilakukan itu bertentangan dan jika dihitung secara matematis justru merugikan, beliau menghentikan kegiatan tersebut. Merugikan disini karena beliau mengumpulkan banyak telur kemudian memberikannya ke BKSDA , upah yang diterima ternyata sedikit, beliau bercerita hanya sekitar Rp 50.000,- sampai Rp 100.000,- . sedangkan resiko yang harus dihadapi sangatlah besar, selain itu juga dari pihak BKSDA nya juga meminta para pemburu yang sebelumnya mengumpulkan telur tersebut, harus melepaskan telur yang menetas tadi.
Di Samas ini , pernah ada 4 jenis penyu yang mampir disini. Penyu tersebut yaitu penyu lekang, sisik, hijau dan belimbing. Penyu lekang adalah penyu yang paling sering mampir disini , sedangkan penyu yang jarang mampir yaitu penyu sisik. Mengapa ??? Karena penyu sisik menyukai karang, dan di Samas jauh dari karang. Penyu belimbing dan penyu hijau sering mampir pada awal januari sampai akhir februari, dan untuk jenis penyu lekang sering mampir pada bulan mei sampai agustus.
Penyu yang ada dilokasi saat ini ada 4 ekor, beberapa minggu sebelum kunjungan kami, ditempat ini baru saja melepas satu ekor penyu lekang. Dan program pelepasan penyu ini juga akan dilakukan , rencananya pada bulan juli besok bersama BKSDA. Untuk kendala yag dihadapi dalam pengelolaan ini, terkait masalah dana, juga mengenai masalah makan dan juga air. Untuk makan sendiri setiap harinya Pak Rujito harus menyediakan ikan , untuk masalah air, yaitu air untuk tempat penyu ini harus diganti setiap 4 hari sekali. Dulu beliau memang cukup kesulitan dan kerepotan mengenai masalah air ini, namun sekarang ini masalah tersebut mulai mendapat pencerahan, karena masyarakat sekitar terutama para pelajar didaerah tersebut mulai menyadari pentingnya keberadaan penyu dan karena itu mereka saling bahu membahu membantu pekerjaan pak Rujito untuk mengganti air .
Foto bareng pak Rujito di lokasi kolam pembesaran tukik @Samas |
Penyu lekang di tempat pembesaran tukik |
Demikian kunjungan yang kami lakukan kali ini, semoga kita dapat mengambil hikmah dari kegiatan atau kunjungan kali ini. (Ikhwan_KP3H)
Quote :
“mungkin kamu bisa mendapat ilmu dari dalam kelas, namun ketika kamu bisa mendapatkan ilmu itu secara langsung dilapangan dan dari sumber ilmunya langsung, maka betapa beruntungnya kamu bisa mendapatkan itu semua, dan yang harus kita lakukan adalah bersyukur dan berusaha memahami kondisi yang terjadi disekitar kita dan berusaha mengamalkan ilmu yang sudah kita punya ”.
Ikhwan, 4 Juni 2013